Click Here For Free Blog Templates!!!
Blogaholic Designs

Pages

Wednesday 16 July 2014

What a wonderful life... Life is sure a rollercoaster

Sebelumnya mau minta ampun, sungkem minta maaf sama yang udah mengajukan pertanyaan lewat blog saya ini, tapi balasannya baru hari ini, super lama memang... maafkan kemalasan saya membuka blog ini teman-teman :'(  Apalagi ini kan bulan baik, mudah-mudahan dibukakan pintu maafnya (lha curang alasannya gitu... hehehe...) sekali lagi maaf ya...

Punya hasrat untuk melanjutkan menulis lagi, bukan menulis yang ilmiah sih (kapan pinternya ini...) tapi menulis pengalaman yang saya alami, syukur-syukur bisa menjadi pelajaran buat yang lain. Walaupun menjalaninya harus naik turun, jatuh keguling-guling, kami percaya rencana Mu lebih indah ya Allah....

Chapter One: Ternyata dear husband harus diuji, cari kerjaan baru lagiiiii graaaak....
Ini bukannya maksud saya untuk mengeluh tentang hidup, atau menceritakan aib keluarga. Jujur hanya agar orang lain dapat mengambil hikmah dari apa yang kami alami. Suami saya sudah bekerja di perusahaan Tuing-tuing (*sengaja disamarkan agar tidak terjadi gugatan hehehe...) selama kurang lebih 2 tahun. Suami itu adalah tipe orang yang sangat pekerja keras, loyal terhadap perusahaan, tidak pernah absen atau ijin selama kerja kecuali sakit keras, sering bawa kerjaan ke rumah, datang paling pagi pulang paling belakangan, pokoknya he did his best for his company. Saya sebagai istri yang sama-samabekerja, saya sering sekali merasa salut sama dia. Suami bukan orang yang sempurna, banyak juga kekurangannya yang menurut saya masih bisa ditolerir, bukan hal yang destruktif. Siapa sih di dunia ini yang sempurna... Alhamdulillah anak buahnya nurut sama dia, atasannya pun walaupun sering marah tapi menaruh respect ke suami. Tetapi kami sudah tidak berjodoh lagi dengan perusahaan Tuing-tuing itu, dikarenakan pimpinan Pusat dari perusahaan suami menginginkan orang lain di posisi suami sekarang.

Dari awal suami saya bekerja, manajemen pengelolaan barangnya memang sudah sangat kacau. Dengan masuknya suami mulai tahun 2012 sebenarnya sudah mulai tertata, terbentuk sistem yang jelas. Yang lucunya adalah suami dikeluarkan karena tidak bisa menjelaskan apa yang terjadi sebelum 2012, di tengah sistem yang kacau tersebut, diantara ketidakjelasan aturan dalam mempergunakan barang, pada saat sekarang di 2014, padahal orang yang harusnya dimintai pertanggungjawabannya atas hal tersebut harusnya bukan di level suami, tetapi di atasnya lagi. Padahal sistem yang berjalan sekarang sehingga data barang lebih mudah dikontrol adalah berkat pemikiran suami. Atasan langsungnya keberatan dengan hal tersebut, bahkan sampai mengucapkan akan rugi besar jika melepas suami. Tapi ya sudahlah pintu rejeki disana sudah ditutup. Saatnya berjuang mencari pintu rejeki lain, yang mudah-mudahan lebih berkah sehingga suami bisa mendedikasikan ilmunya untuk orang banyak. Amiiin....

Sekarang suami sudah bekerja di tempat baru, alhamdulillah tidak butuh waktu lama untuk mencari pekerjaan lain, apalagi ada rekomendasi dari atasan sebelumnya. Mudah-mudahan awet, amiin...

Chapter Two: Harus support suami, tapi tawaran untuk tes beasiswa terbuka
Tahun ini adalah tahun yang luar biasa untuk keluarga kami, salah satunya adalah karena saya sudah tercatat resmi bekerja 2 tahun sebagai abdi negara sehingga sudah diberikan kesempatan atau dibolehkan mencari beasiswa untuk tugas belajar maupun biaya sendiri untuk ijin belajar. Dikarenakan kami adalah keluarga yang masih berjuang mencicil sana sini hehehe... Makanya sangat berharap dari beasiswa yang ada di Indonesia tercinta ini. Hasil browsing dan berdasarkan penawaran yang masuk di kantor akhirnya mencoba untuk mendaftar lewat beasiswa SPIRIT yang diselenggarakan oleh Bappenas yang bekerjasama dengan World Bank. Ujian saringannya ada 3 step, yang pertama adalah seleksi administrasi dimana kita mengirimkan kelengkapan persyaratan yang dibutuhkan untuk apply beasiswa ini. Kemudian setelah daftar nama keluar untuk lanjut ke tes berikutnya, kami menjalani tes TPA dan tes TOEFL. Setelah menunggu cukup lama, keluar hasilnya dan yang diseleksi lulus atau memenuhi nilai yang ditetapkan bisa lanjut ke proses wawancara.

Saya akui ini adalah hal yang baru untuk saya, mengikuti proses seleksi untuk beasiswa yang ternyata cukup sulit. Sulit karena sudah lama saya tidak belajar untuk tes TPA dan TOEFL, punya waktu untuk mengejar ketertinggalan yang terbatas karena masih harus menyelesaikan pekerjaan. Belum lagi adanya sedikit goncangan karena suami mendapatkan ujian seperti yang saya ceritakan sebelumnya.Tapi syukur alhamdulillah, berkat rahmat Nya, support dan doa dari suami, keluarga, rekan kerja dan seluruh sahabat, akhirnya nama saya tercantum sebagai penerima beasiswa yang insya Allah akan mulai berjalan tahun depan. Amanah baru, mudah-mudahan ilmu yang nanti saya dapatkan dapat saya amalkan untuk orang banyak. Amiiin....

Chapter Three: Mulai renovasi rumah
Ini adalah hal yang paling menyenangkan dan juga paling mengkhawatirkan, dananya itu lho, uang mengalir seperti air kata suami mah, gak bisa ditampung langsung aja abis  hehehe... Karena rumah kami adalah tipe rumah standar yang belakang atau dapurnya masih terbuka, maka mau tidak mau harus direnovasi agar lebih aman, nyaman dan mulai terlihat wujudnya sebagai suatu rumah yang lengkap.
Awalnya kami mencari tukang yang bisa dipercaya, karena lokasi rumah yang jauh dari kontrakan kami sekarang dan kami berdua sama-sama bekerja, jadi kami harus benar-benar menyeleksi tukang mana yang bisa ditinggal tapi tetep kerja. Resikonya sangat besar memang, tapi kami benar-benar tidak ada pilihan lain. Mulailah kami mencari koneksi, tanya teman-teman, sampai akhirnya dapat tukang yang merupakan keluarga dari pegawai kontrak yang ada di kantor saya. Ada jaminan juga dari teman kerja saya itu kalau pekerjaannya rapi dan sudah biasa renovasi rumah. Oke bismillah, kami hubungi dan ternyata orangnya bersedia. Sistem upah yang kami pakai adalah borongan, selain lebih murah daripada upah harian karena kami yang harus menyediakan makannya, dan itu sangat tidak mungkin, tukang inilah yang nantinya akan langsung belanja barang yang diperlukan ke toko bangunan yang sudah kami sepakati bersama. Karena harga teman, harganya juga dikorting sama tukangnya sendiri hehehe...
Mulai lah penutupan dapur, pemasangan teralis jendela, pembentukan dak kecil untuk toren air, pemasangan jalan untuk motor ke dalam rumah. Alhamdulillah gak sampai 2 minggu selesai (langsung kempes dompet huhuhu..). Pas proses pengerjaan sampai hampir selesai kira-kira seperti ini:




Sekarang udah mau pindahan, masih banyak yang harus diberesin lagi sebenarnya. Cerita ini masih belum selesai... Lanjut chapter berikutnya soon yaa...

0 comments:

Post a Comment